Gemabisnis.com, JAKARTA – Volume ekspor karet asal Sumatera Utara (Sumut) pada bulan November 2024 tercatat mencapai 21.162 ton, mengalami penurunan 16,16% month-on-month dibandingkan dengan bulan Oktober 2024 yang tercatat sebesar 25.221 ton. Volume ekspor November 2024 juga lebih rendah 18,6% year-on-year dari volume ekspor November 2023 yang mencapai 25.886 ton.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Cabang Sumut, Edy Irwansyah mengatakan penurunan tersebut menunjukkan bahwa volume ekspor karet Sumut masih jauh dari kondisi normal yang biasanya mencapai 42.000 ton setiap bulannya.
Menurut Edy, beberapa faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini antara lain adalah kesulitan dalam pengaturan kontainer dan pengiriman, serta penurunan permintaan global, terutama dari sektor pabrik ban. Selain itu, penundaan penerapan regulasi EUDR (European Union Deforestation Regulation) di Eropa berpotensi memberikan ruang bagi peningkatan ekspor, karena pembatasan yang lebih ketat dapat menunda pemberlakuannya, sehingga pasar ekspor karet Indonesia di Eropa dapat kembali berkembang.
Edy menjelaskan pada bulan November 2024, ekspor karet Indonesia ke Eropa tercatat sebesar 7,28% dari total ekspor, mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan Oktober 2024 yang tercatat 13,53%. Negara-negara tujuan ekspor utama di Eropa termasuk Inggris Raya, Polandia, Rumania, Slovenia, Prancis, Jerman, Italia, Belgia, Luksemburg, dan Spanyol, yang memberikan kontribusi hampir 7,3% dari total volume ekspor.
Penurunan ekspor ke Eropa ini tidak secara langsung disebabkan oleh penundaan penerapan regulasi EUDR yang semula dapat menghambat aliran ekspor. Namun, dengan penundaan regulasi tersebut, diharapkan volume ekspor dapat meningkat pada periode mendatang.
Edy meyebutkan beberapa faktor utama yang mempengaruhi penurunan ekspor di bulan November adalah kesulitan dalam pengaturan kontainer yang menyebabkan gangguan pengiriman. Selain itu, penurunan permintaan dari China, sebagai konsumen utama dunia, turut berkontribusi terhadap penurunan ekspor. Permintaan dari sektor industri karet dan ban global, terutama dari China, mengalami penurunan seiring dengan perubahan siklus permintaan, mengurangi daya serap pasar untuk produk karet.
Proyeksi Pasokan dan Harga Karet Alam
Menjelang akhir tahun 2024, Edy memperkirakan pasokan karet akan sulit meningkat. Hal ini disebabkan oleh gangguan cuaca hujan dan banjir yang terjadi di beberapa wilayah penghasil karet utama di Indonesia, terutama di Sumut. Tingginya frekuensi hujan sedikit mengganggu produksi karet rakyat, meskipun gairah petani mulai membaik dengan adanya peningkatan harga yang mendorong petani untuk mulai menderes pohon karet yang sebelumnya tidak terawat.
Harga karet dunia mengalami tren penguatan pada bulan November 2024. Rata-rata harga SICOM-TSR20 pada bulan November tercatat sebesar US$191,11 sen/kg, dengan harga penutupan pada tanggal 6 Desember 2024 mencapai US$206,2 sen/kg. Meskipun harga karet mengalami penguatan, hal ini belum mampu mengatasi penurunan volume ekspor yang terjadi.
Pasar karet Sumut menghadapi tantangan besar menjelang akhir tahun 2024, dengan volume ekspor yang menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun harga karet menunjukkan tren penguatan, faktor-faktor seperti penurunan permintaan dari China, kesulitan logistik, dan gangguan cuaca tetap menjadi kendala utama. Penundaan pemberlakuan regulasi EUDR memberikan kesempatan untuk memperbaiki volume ekspor ke Eropa, yang diharapkan dapat meningkat. Dengan perbaikan kondisi pasar global dan cuaca pada awal tahun 2025, kinerja ekspor karet Sumut diharapkan kembali pulih dan menunjukkan stabilitas. (YS)