Gemabisnis.com, JAKARTA – Sejumlah faktor non-ekonomi telah mengakibatkan upaya pemulihan ekonomi global yang diperjuangkan selama kurang lebih dua tahun terakhir ini menjadi berantakan. Apa saja faktor-faktor non-ekonomi tersebut mari kita kupas satu persatu.
PERTAMA, ketidakpastian terus menghantui upaya pemulihan ekonomi global. Padahal semua negara menaruh harapan besar agar pasca pandemi COVID-19, ekonomi global pulih. Tapi apa daya, dunia kini dibuat limbung karena inflasi global melanda dunia. Efek buruk invasi Rusia ke Ukraina tidak ada tanda-tanda akan diakhiri oleh Putin. Malah terkesan dipakai uji nyali bahwa Rusia kini tengah rebound menjadi kekuatan penyeimbang dalam peta geopolitik dan geoekonomi global.
KEDUA, apa yang terbaca, kita bisa berkata gila tuh Putin. Tapi apa mau dikata bahwa faktanya Rusia memang negara yang kuat dan berpengaruh di dunia saat ini. Buktinya bisa membuat rantai pasok global terhambat, biaya asuransi dan pengapalan naik serta sejumlah harga komoditas tertentu harganya meroket, baik harga spot maupun future. Apa yang terjadi saat ini adalah adu kuat. Faktanya IMF dan Bank Dunia harus menerima kenyataan bahwa kondisi ekonomi global overheating, sehingga IMF dan Bank Dunia harus melakukan koreksi pertumbuhan ekonomi dunia, dan sejumlah negara, termasuk Indonesia.
KETIGA, kini kita menghadapi satu situasi bahwa fenomena ekonomi muncul sebagai masalah ekonomi yang penyebabnya adalah faktor non-ekonomi. Yaitu faktor geopolitik yang memanas. WEF awal januari 2021 telah memberi warning bahwa konflik geopolitik bisa berdampak buruk bagi pemulihan ekonomi, dan ramalan ini terbukti. Bacaan ini memberikan satu keyakinan bahwa pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global jelas membutuhkan zona damai di wilayah manapun di dunia. Menciptakan zona damai jelas berbiaya mahal, apalagi jika konflik geopolitik telah dimulai dengan invasi militer, seperti yang dilakukan Rusia ke Ukraina. PBB sendiri belum berhasil mengatasi masalah ini. Situasinya telah menciptakan ketidakpastian baru, dan ketidakpastian adalah situasi yang unpredictable sehingga berpengaruh buruk dalam perencanaan investasi dan bisnis. Menekan risiko gagal investasi dan bisnis pasti akan dilakukan dan akibatnya para pebisnis akan menahan ekspansi usahanya, dan mengambil sikap wait and see untuk investasi baru.
KEEMPAT, bumi sebagai zona damai terus menerus direcokin dengan konflik antar negara. Akibatnya jelas, yaitu bumi menjadi gonjang-ganjing, pasar komoditi, dan pasar modal juga menari-nari dengan gaya bebas karena dampak konflik tersebut telah merusak sendi-sendi ekonomi yang berpotensi memicu terjadinya krisis ekonomi akibat laju pemulihan dan pertumbuhan ekonomi terhambat prosesnya. Peristiwa ekonomi yang kini menjerat dunia bisa dikatakan tidak bersifat cyclical, sehingga nyaris tidak akan bisa direspon dengan tindakan contra-cyclical yang konvensional. Jika dilakukan juga, keuangan negara pasti akan boncos. Meskipun demikian, tindakan semacam itu tetap harus diupayakan, terutama untuk kelompok rentan yang tidak memiliki daya tahan ekonomi akibat harus memikul beban berat naiknya harga kebutuhan pokok.
KELIMA, jika kita meragukan dengan langkah contra-cyclical yang konvensional, maka pilihan yang tersedia adalah penyelesaian melalui mekanisme politik tingkat tinggi. Forum G-20 dengan slogan recover together, stronger together bisa kita harapkan menjadi solusi. Berarti forum G-20 di Bali menjadi strategis untuk mengambil keputusan politik bersama untuk mengatasi inflasi global secara bijaksana. Kita harapkan pertemuan khusus antara presiden RI Jokowi dengan presiden AS, Biden saat berlangsung ASEAN – USA Summit bisa membuka jalan untuk membahas konflik antara Rusia-Ukraina yang faktanya membuat ekonomi global overheating. Paling tidak semua pemimpin negara anggota G-20 hadir lengkap di Bali. Lebih dari itu harus diupayakan ada komunike bersama bahwa pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global membutuhkan stabilitas politik, keamanan dan ekonomi global maupun kawasan dan di tingkat nasional masing-masing negara. Jadi, G-20 mempunyai dua tugas berat yang harus diselesaikan, yaitu membentuk kebijakan politik untuk meredam konflik antar negara yang kebetulan adalah Rusia sebagai salah satu anggota. Bersamaan dengan itu, terbit juga kebijakan ekonomi untuk menekan inflasi yang telah membuat derita penduduk dunia. Semoga Rusia-Ukraina bisa melakukan gencatan senjata, demi terciptanya zona damai. Saat ini bicara ekosistem ekonomi dan bisnis tidak akan ada gunanya jika ekosistem politiknya buruk. Isu-isu lain tetap penting, tapi masih bisa ditunda pembahasannya pada kesempatan lain. (*)