Gemabisnis.com, JAKARTA – Volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di bulan Juli 2023 mencapai 3,52 juta ton, naik 2% dibandingkan volume ekspor di bulan Juni 2023 yang mencapai 3,45 juta ton. Hal itu disampaikan Direktur EKsekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Mukti Sardjono dalam keterangan pers tertulisnya akhir pekan lalu.
Mukti mengatakan kenaikan terbesar terjadi pada ekspor CPO yang mencapai 589.000 ton, atau naik sebesar 16,9% dari ekspor bulan Juni 2023 yakni sebesar 504.000 ton. Sebaliknya, ekspor olahan CPO mengalami sedikit penurunan sebesar 3,4% dari 2,49 juta ton pada Juni 2023 menjadi 2,40 juta ton pada Juli 2023. Namun, peningkatan kinerja ekspor industri kelapa sawit pada Juli 2023 tersebut menghasilkan kenaikan nilai ekspor sebesar 1,4% atau meningkat dari US$ 2,88 miliar pada Juni 2023 menjadi US$ 2,92 miliar pada Juli 2023.
Kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India dan Bangladesh yang masing-masing naik sebesar 180.600 ton dan 54.500 ton. Kenaikan ekspor juga terjadi untuk tujuan Malaysia (+36.800 ton), USA (+36.800 ton) dan EU (+24.400 ton). Penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Afrika (-126.200 ton), China (-94.600 ton) dan Pakistan (-58.100 ton). Secara YTD sampai dengan Juli 2023, ekspor ke India pada tahun 2023 lebih tinggi 87% dari ekspor pada tahun 2022, sedangkan ke China 78% lebih tinggi.
Produksi minyak kelapa sawit nasional pun mengalami kenaikan selama bulan Juli 2023. Produksi CPO pada Juli 2023 mencapai 4,36 juta ton sedangkan PKO mencapai 414.000 ton sehingga total produksi adalah 4,77 juta ton. Angka total produksi tersebut lebih tinggi 7,9% dibandingkan produksi Juni 2023 sebesar 4,42 juta ton. Secara Year on Year (YoY), terjadi peningkatan produksi sebesar 17,4% atau 4,76 juta ton dari produksi Year to Date (YTD) Juli 2022 sebesar 27,30 juta ton, menjadi 32,07 juta ton YTD Juli 2023.
Sementara itu, total konsumsi minyak kelapa sawit di dalam negeri selama bulan Juli 2023 tercatat sebesar 1,76 juta ton atau lebih rendah 10,5% dari konsumsi pada Juni 2023, yakni sebesar 1,96 juta ton. Penurunan ini terjadi terutama akibat berkurangnya penggunaan biodiesel sebesar 19,5% atau sebesar 174.000 ton, dari 893.000 ton pada Juni 2023 menjadi 719.000 ton pada Juni 2023. Kondisi serupa terjadi pada konsumsi minyak makan dan oleokimia yang mengalami kemerosotan masing- masing sebesar 3,1% dan 2,6%. Konsumsi minyak makan pada Juli 2023 sebesar 853.000 ton dan oleokimia sebesar 185.000 ton, sedangkan pada Juni 2023, konsumsi minyak makan sebesar 880.000 ton dan oleokimia sebesar 190.000 ton.
Mukti mengatakan dengan estimasi stok awal Juli 2023 adalah 3,63 juta ton dengan kenaikan produksi 7,9%, konsumsi menurun 10,5% dan ekspor meningkat 2,0%, maka stok di akhir Juli 2023 diperkirakan mencapai 3,13 juta ton atau turun sebesar 13,8% dibandingkan Juni 2023 yakni sebesar 3,63 juta ton. (YS)