Gemabisnis.com, JAKARTA–Para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) diminta dapat beradaptasi dengan kondisi pasar yang terus berubah dengan bersama-sama berinovasi dan terus melakukan adaptasi model bisnis yang dijalankan.
“Kejelian dalam membaca kebutuhan konsumen tentunya menjadi hal yang sangat penting sehingga para pelaku IKM dapat mengembangkan inovasi yang tidak terbatas pada produk namun juga pada aspek-aspek lain seperti strategi pemasaran, manajemen, distribusi, pengemasan dan aspek bisnis lainnya,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita, usai membuka pameran Produk Unggulan IPEMI di Plasa Kemenperin, Rabu (31/08/2022).
Menurutnya, selama pandemi Covid-19, sudah banyak sekali contoh adaptasi strategi bisnis yang dilakukan oleh pelaku usaha industri besar maupun yang masih berskala kecil dan menengah. Berbagai contoh strategi adaptasi tersebut dapat dijadikan acuan pola pikir IKM dalam menjalankan bisnis.
“Pemanfaatan marketplace sebagai sarana berjualan tentunya dapat menjadi salah satu opsi yang bisa dimaksimalkan agar para pelaku usaha mampu menjangkau cakupan pasar yang lebih luas,” paparnya.
Untuk itu, Reni meminta pelaku IKM diminta untuk mendaftarkan diri di e-Smart IKM agar dapat menikmati fasilitas bantuan dari pemerintah, khususnya Kemenperin.“Kami mendorong IKM untuk mendaftar ke e-Smart IKM untuk memperluas akses pasar dan bantuan dari Kemenperin,” paparnya.
Reni juga mengungkapkan kalau Kemenperin terus memberikan bantuan dan fasilitas kepada IKM untuk mengembangkan usahanya. berbagai program telah diluncurkan Kemenperin, seperti program Bangga Buatan Indonesia (BBI), retrukturisasi mesin, pameran dan e-Smart IKM.
Terkait dengan pelaku IKM yang tergabung dalam IPEMI (Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia), Dirjen IKMA mengatakan pihaknya akan berusaha memberikan bantuan yang dibutuhkan saat ini.
“Mereka tersebar di 800 kecamatan dan 17 negara. Akses data ini bisa kami gunakan untuk mengetahui kebutuhan yang mereka perlukan sehingga bantuan yang diberikan bisa tepat sasaran,” ujarnya.
Reni menyebutkan, partisipasi perempuan dalam dunia usaha diharapkan dapat membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan keluarga, serta terbentuknya wirausaha baru (WUB) perempuan yang sehat dan berkembang dengan hasil produksi yang diperuntukan bagi pasar lokal, domestik maupun ekspor.
Mengacu pada data BPS, dari total pengusaha sebanyak 4,4 juta IKM, sebesar 47,32% atau sebanyak 2,08 juta merupakan pengusaha IKM perempuan. Dari sisi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja perempuan di sektor IKM berjumlah 4,65 juta orang atau 48,24 % dari total jumlah tenaga kerja IKM.
“Hal ini tentunya menjadi gambaran bagi kita bersama bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk berkontribusi pada sektor industri khususnya pada skala IKM,” pungkas Dirjen IKMA Reni Yanita. (HN)