Gemabisnis.com, JAKARTA–Tensi geopolitik saat ini mengalami peningkatan menyusul pecahnya konflik antara Rusia dengan Ukraina. Rusia telah menempatkan sekitar 100.000 tentaranya di perbatasan dengan Ukraina. Kondisi ini dikhawatirkan akan memicu invasi negara Beruang Merah itu ke Ukraina yang notabene adalah bekas pecahan Soviet.
Amerika Serikat dan sekutunya yang tergabung dalam NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) tidak tinggal diam dengan mendukung Ukraina. Pemerintah Washington juga mengancam Rusia dengan “sanksi khusus” jika benar-benar menginvasi Ukraina.
Memang hingga hari ini konflik di Eropa Timur itu belum berubah menjadi perang terbuka. Tetapi ketegangan yang muncul itu telah berdampak pada pergerakan harga komoditi di pasar global.
Rusia adalah salah satu produsen dan eksportir minyak utama dunia. Ketegangan yang terjadi dikhawatirkan membuat produksi dan distribusi minyak Negeri Beruang Merah akan terganggu. Akibatnya, pasokan minyak dunia akan berkurang sehingga harga bergerak naik.
Dipicu oleh ketegangan di Eropa Timur, harga minyak mentah terus bertengger di posisi tinggi. Pada Rabu (02/02/2022) pukul 7.40 WIB, seperti dikutip dari Kontan.id, harga minyak WTI kontrak Maret 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,37% ke US$ 88,53 per barel dari penutupan perdagangan kemarin di posisi US$ 88,20 per barel.Ini adalah kenaikan harga minyak WTI dalam empat hari perdagangan sejak Jumat (28/1) lalu.
Analis mengatakan selain ketegangan geopolitik di Eropa Timur, kenaikan harga minyak mentah juga dipicu oleh pasokan yang ketat. Negara-negara pengekspor minyak dan mitranya OPEC + dilaporkan belum mengambil keputusan untuk mengatasi ketatnya pasokan.
Broker minyak PVM Tamas Varga mengatakan, pasar minyak saat ini sedang dalam kondisi bullish. “Ketegangan internasional, persepsi pasokan yang ketat, dan musim dingin yang merupakan faktor terpenting di balik peningkatan harga,” paparnya.
Kenaikan harga minyak mentah akan berimbas kepada komoditi lainnya yang berkaitan dengan bahan bakar . Misalnya saja komoditi karet. Pada Senin (31/1/2022) pukul 15.16 WIB harga karet berjangka Jepang tercatat mencapai JPY 244,8/kg, naik 2,26% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Harga karet alam selalu bersinggungan dengan minyak bumi karena karet sintetis terbuat dari minyak bumi. Kalau harga minyak bumi tinggi, harga karet sintetis naik dan karet alam akan naik juga.
Buntut dari melonjaknya harga minyak bumi juga ikut mempengaruhi harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional.
Senin (31/01/2022), harga CPO untuk kontrak pengiriman April 2022 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange berada di posisi RM 5.587/ton. Bahkan pada perdagangan pagi hari harga CPO sempat menembus posisi tertinggi dalam sejarah yakni RM 5.700/ton.
Kalangan analis memprediksikan harga CPO berpotensi melonjak lagi dalam waktu dekat ini seiring dengan adanya kebijakan Domestic price obligation (DPO) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dalam skema domestic market obligation (DMO) yang diterapkan Pemerintah Indonesia terhadap produsen sawit.
Jika ketegangan di Eropa Timur terus berlanjut dan penyebaran wabah COVID-19 makin meluas, harga komoditi minyak bumi, karet dan CPO diyakini akan terus bergerak naik dalam waktu dekat ini.
Vice President Research & Development ICDX Isa Djohari menyebutkan di 2022 ini perdagangan komoditi global masih akan dipengaruhi perkembangan COVID-19, karena dampaknya pada perdagangan komoditi pada pekerja terkait dan tingkat permintaan.
“Contohnya kalau ada pembatasan, ada potensi pengurangan pekerja sehingga akan terjadi penurunan produksi atau distribusi yang akan berpengaruh pada harga-harga. Jadi masih ada faktor itu di 2022,” paparnya.
Laju kenaikan harga itu bisa dihambat jika saja ketegangan di Eropa Timur dapat mereda. Potensi itu sudah muncul karena Rusia menyambut baik proposal penyelesaian konflik yang diajukan AS dan NATO.
Kita lihat juga bagaimana negara-negara yang tergabung dalam OPEC + dalam mengantisipasi ketatnya pasokan. Apakah organisasi itu akan menambah pasokan ke pasar global atau sebaliknya, mendiamkan kondisi ketatnya pasokan tetap berlangsung demi mendapatkan pemasukan devisa lebih besar lagi.