Gemabisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor karet alam Sumatera Utara (Sumut) selama tahun 2023 sudah dapat dipastikan akan lebih rendah dari tahun 2022. Walaupun kinerja ekspor karet alam Sumut pada bulan November 2023 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 14,35% jika dibandingkan bulan Oktober 2023 menjadi 25.886 ton. Namun, volume ini masih di bawah rata-rata bulanan Januari-November yaitu 26.339 ton.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Cabang Sumut Edy Irwansyah mengatakan bila dibandingkan tahun 2022 kinerja ekspor tahun 2023 lebih rendah, dimana rata-rata volume ekspor bulanan tahun 2022 sebesar 29.179 ton. Lebih parah lagi bila dibandingkan dengan kondisi tujuh tahun terakhir, rata-rata volume ekspor bulanan pada tujuh tahun terakhir sebesar 42.727 ton pada tahun 2017.
Edy berharap untuk pengapalan akhir tahun pada Desember kondisinya semakin membaik karena pabrik-pabrik ban mancanegara akan menambah stok karetnya sampai akhir tahun. Hal itu sudah terlihat dari peningkatan pembelian karet alam oleh perusahaan-perusahan pabrikan tersebut selama bulan November 2023 yang memicu kenaikan volume impor karet alam dari sejumlah negara pembeli. Amerika Serikat (AS) misalnya meningkatkan pembelin karet alam dari Sumut sebesar 21,2% selama bulan November 2023 jika dibandingkan dengan bulan Oktober 2023. Demikian juga volume impor China meningkat 18,1% dan Jepang naik 6,9%.
Untuk pengapalan November, lanjut Edy, permintaan karet China membaik yang ditunjjukan dengan perubahan dari rangking 5 menjadi rangking 4 sebagai negara tujuan ekspor. Sebagaimana diketahui, China merupakan konsumen nomor satu dunia yang mengkonsumsi lebih 40% dari 15,12 juta ton dari total konsumsi karet alam dunia pada 2022.
Ada sebanyak 31 negara tujuan ekspor selama bulan November 2023, adapun lima negara tujuan utama adalah: 1) Jepang 34,44%; 2) AS 18,59%; 3) Kanada 6,53%; 4) China 5,76%; 5) Turki 5,32%.
Walaupun berharap kinerja ekspor Sumut lebih baik di bulan Desember, Edy mengakui kinerja ekspor masih sulit bangkit mengingat sejumlah isu utama yang masih menghantui yaitu kelangkaan bahan baku akibat semakin berkurangnya kebun karet baik di Sumut sendiri maupun di provinsi sentra produksi karet lainnya akibat konversi ke tanaman lain. Sebagaimana diketahui sumber bahan baku karet bagi industri crumb rubber di Sumut sebagian besar berasal dari luar provinsi, diantaranya Riau (20,32%), Lampung (17,43%), Aceh (8,21%), Jambi (5,21%), Kepulauan Riau (3,39%), Bengkulu (2,81%), Sumatera Barat (2,02%). Produksi dari perkebunan karet di Sumut pada Desember ini dipastikan menurun akibat gangguan curah hujan.
Sementara itu, harga rata-rata TSR-20 di Bursa Komoditi Singapura SICOM selama bulan November 2023 sebesar US$146,53 sen/kg atau naik US$2,44 sen dibandingkan bulan sebelumnya. Sampai tanggal 28 Desember harga rata-rata US$144,72 sen/kg atau menurun US$1.82 sen dibandingkan dengan November. (YS)