Gemabisnis.com, JAKARTA–Kelangkaan telur terus membuat frustrasi konsumen di Malaysia. Apa pun yang tersedia di pasar biasanya langsung diserap habis,. Hal ini dilontarkan para pelaku industri, dan banyak yang khawatir situasinya akan terus berlanjut.
Mr Hong Chee Meng, presiden Federasi Asosiasi Pedagang Aneka Barang Malaysia, mengatakan, “Menurut anggota kami, semua telur langsung terjual dalam beberapa jam ketika mereka tiba di gerai yang ditunjuk.”
Dia mengatakan kelangkaan tersebut disebabkan oleh peternakan unggas yang mengurangi produksi karena kenaikan harga jagung dan bungkil kedelai, dua bahan utama pakan ayam.
Banyak warga yang mencermati media sosial untuk mengikuti jejak telur di lingkungan mereka.
“Kami memantau grup komunitas Facebook untuk ‘pembaruan telur’. Begitu ada kabar telur restock di outlet tertentu, pasti akan ramai mengantri dan mendapatkan pasokan,” kata ibu rumah tangga Lim Ai Swam, 45, yang tinggal di Batu Pahat, Johor, seperti dikutip Straitstimes,com, Rabu (26/10/2022).
Lim, yang membutuhkan 20 butir telur setiap minggu untuk keluarganya, menambahkan bahwa kekurangan itu belum pernah terjadi sebelumnya.
“Telurnya harus cukup. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.”
Presiden Asosiasi Pedagang Barang Serba-serbi Pantai Klang Tan Teck Hock mengatakan konsumen harus membeli telur kampung, meskipun pasokannya juga turun hingga 50 %.
Pada 10 Oktober, pemerintah Malaysia mengumumkan akan mempertahankan harga pagu telur. Tetapi peternak unggas telah meminta pemerintah untuk melakukan deregulasi harga telur untuk membantu mereka mengatasi kenaikan biaya pakan.
Mekanisme kontrol harga berlaku untuk telur Grade A, B dan C dengan berat antara 59,9g dan 65g. Itu tidak mencakup telur “perancang” yang diperkaya dengan asam lemak Omega-3 dan telur kampung atau yang diproduksi secara organik.
Wakil presiden Federasi Asosiasi Peternak Malaysia Lee Yoon Yeau mengatakan bahwa situasinya tidak akan membaik kecuali pemerintah membiarkan harga telur mengambang.
“Jika ringgit merosot lebih jauh terhadap dolar AS dalam waktu dekat, bahan baku pakan impor akan menjadi lebih mahal.
“Ini akan menyebabkan biaya produksi telur lebih tinggi, dan peternak akan semakin terkendala secara finansial. “Situasi ini kemungkinan akan berlanjut sepanjang tahun depan,” katanya.(NF)