Gemabisnis.com, JAKARTA – Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menuturkan, pemerintah terus mendorong kemajuan pengembangan Manyar Smelter Project sebagai upaya akselerasi hilirisasi industri atau menciptakan nilai tambah pada produk tambang. Pasalnya, selain dapat mendongkrak nilai jual komoditas, hilirisasi membuka lebih banyak lapangan pekerjaan dan meningkatkan peluang usaha di dalam negeri.
Demikian diungkapkan Wamendag Jerry usai meninjau lokasi Manyar Smelter Project mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di PT Freeport Indonesia (PTFI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur pada hari ini, Kamis (2/2). Turut hadir Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.
“Pemerintah mengapresiasi dan terus mendorong proses pembangunan Manyar Smelter Project milik PTFI sebagai upaya akselerasi hilirisasi industri atau menciptakan nilai tambah pada produk tambang. Strategi mengekspor barang setengah jadi dan barang jadi diharapkan dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Wamendag Jerry.
Wamendag Jerry mengungkapkan, pemasangan tiang pancang di area jantung smelter sudah selesai seluruhnya sejumlah 18.000. Hingga Desember 2022, kemajuan fisik secara kumulatif total proyek 51,7% dengan total serapan biaya berkisar Rp25 triliun. Adapun tenaga kerja terserap 11.000 pekerja yang 98%-nya adalah tenaga kerja Indonesia, sementara separuhnya berasal dari Jawa Timur.
Sejalan dengan itu, Menko Airlangga menuturkan, kemajuan pembangunan smelter tersebut merupakan capaian luar biasa. Menurutnya, hal ini dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain.
“Kemajuan pembangunan Smelter Manyar Project PTFI luar biasa. Pemerintah optimistis bahwa konstruksi akan rampung tepat waktu pada Desember 2023,” tutur Menko Airlangga.
Menko Airlangga melanjutkan, smelter perlu melalui proses pre-commissioning dan commissioning sebelum dapat beroperasi penuh layaknya pabrik-pabrik lain. Kedua tahap akan ditempuh untuk memastikan seluruh fasilitas berfungsi tanpa kendala dan berlangsung sekitar lima bulan sebelum beroperasi pada Mei 2024.
Selain fasilitas pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga, smelter Manyar akan dilengkapi dengan fasilitas pendukung, seperti precious metal refinery (PMR). PMR berfungsi mengolah lumpur anoda dari hasil olahan pemurnian konsentrat tembaga menjadi emas dan perak. Fasilitas tersebut diproyeksikan mampu menghasilkan rata-rata 35 ton hingga maksimal 60 ton emas/ tahun.
Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menguraikan, pembangunan Manyar Smelter Project hingga akhir tahun lalu telah menghabiskan biaya investasi sebesar US$1,63 miliar atau setara Rp25 triliun dari nilai total investasi US$3 miliar atau setara Rp 45 triliun rupiah. Smelter dengan desain single-line terbesar di dunia tersebut akan mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt). Selanjutnya, menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton/tahun.
Usai meninjau Manyar Smelter Project milik PTFI, Wamendag Jerry bersama Menperin Agus juga mendampingi Menko Airlangga menghadiri rapat di kantor pengelola KEK JIIPE Gresik dan selanjutnya di PT Petro Oxo Nusantara (PON). Rapat-rapat tersebut membahas kondisi terkini masing-masing KEK JIIPE Gresik dan PT PON serta mengulas bentuk dukungan pemerintah untuk meningkatkan kinerja, baik KEK JIIPE Gresik maupun PT PON. (YS)