• Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Selasa, November 11, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
No Result
View All Result

Tiga Isu Global yang Cenderung Bersifat Permanen

Oleh : Fauzi Aziz, Pemerhati Ekonomi dan Industri

Admin by Admin
Juni 6, 2022
0

Foto: Pribadi

0
SHARES
66
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

PERTAMA, judul tersebut diformulasikan berdasarkan satu pemahaman bahwa ekonomi dunia mempunyai liability untuk bisa atasi 3 isu besar, yakni beban utang global, pemanasan global, dan sistem cadangan devisa global.

Ketiga isu tersebur cenderung permanen, dan harusnya forum G-20 dimanapun digelar, mestinya  selalu membahas tiga topik utama tersebut. Agenda-agenda lainnya bisa saja dibahas karena dinamika lapangan memunculkan isu yang dianggap penting bagi dunia. Misalnya invasi Russia ke Ukraina yang telah menimbulkan dampak serius dalam hubungan politik dan ekonomi antar negara.

KEDUA, beban utang global sudah sangat tidak rasional diukur dengan ratio apapun. Selama masa pandemi COVID-19, utang global menggelembung menjadi 355 % terhadap PDB dunia. Nilai nominalnya adalah US$ 281 triliun. Data tersebut dihitung oleh Institute of International Finance (IIF). Padahal, menurut IMF, PDB global pada tahun 2021 hanya sekitar US$ 94 triliun. Pertanyaan awamnya adalah bagaimana cara bayarnya? Satu jawaban paling klasik adalah bayar pakai cadangan devisa.

BacaJuga

Pembayaran Royalti Musik, Pelaku Usaha Untung, Konsumen Buntung

Presiden Putin Apresiasi Peningkatan Kerjasama Indonesia-Rusia

Account Cadangan Devisa umumnya diisi dari dana pinjaman, capital inflow, dan dari hasil ekspor barang dan jasa. Jadi faktor kemampuan bayar menjadi variable utama ketimbang bersandar pada rasio yang ujungnya cenderung dilanggar karena kepepet butuh dana segar untuk mendukung belanja dan pembiayaan akibat defisit fiskalnya makin Iebar. Penyebab yang umum terjadi karena goverment failure atau private failure atau gabungan keduanya.

KETIGA, pemanasan global, ini telah menjadi isu paling menakutkan karena ancaman yang paling serius adalah alam seisinya akan punah jika pemanasan global tidak bisa diatasi bersama ( recover together).

Siklus ekonomi dan bisnis yang berputar cepat yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi, telah menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Ikhtiyar yang dicoba untuk mendinginkan pemanasan global  butuh proses berkelanjutan. Disini jelas butuh likuiditas, teknologi, dan kerangka regulasi,serta sadar lingkungan dari penghuni bumi.

Karena terjadi dalam siklus ekonomi dan bisnis, maka semua negara harus punya tanggung jawab moral, intelektual, dan material untuk berkontribusi pada upaya pendinginan bumi.

Ekonomi menghadapi dua masalah besar overheating, yaitu overheating karena inflasi, dan overheating akibat pemanasan global. Kini para pemimpin dunia dibikin limbung dan keder melihat fenomena overheating karena jika gagal diatasi maka wes ewes bablas, dan bisa bar ji barbeh (bubar sini bubar kabeh) akibat sistem politik, ekonomi, dan budaya gagal menjawab tantangan yang ada. Karena itu, suka tidak suka harus DO IT TOGETHER, CUAN TOGETHER, STRONG TOGETHER.

KEEMPAT, keniscayaan yang tidak bisa diabaikan adalah bahwa semua negara harus mempunyai cadangan devisa dalam jumlah besar agar bisa bayar utang, dan bisa  membenahi bumi yang memanas, dan harga berbagai barang dan jasa yang naik dan cenderung sulit turun.

Jangan pernah berpikir bahwa harga akan turun dan kembali seperti semula,  Mengapa demikian? Karena seluruh komponen pembentuk harga barang dan jasa di muka bumi rata–rata mengalami kenaikan termakan inflasi atau karena sebab lain yang biasa disebut faktor non ekonomi.

Setiap terjadi titik keseimbangan baru, harga yang terbentuk tidak selalu harus kembali pada harga sebelumnya. Mengapa  demikian? Karena semua variable pembentuk harga, nilainya cenderung ter-valuasi.

Valuasi terjadi dan harus dilakukan karena faktor  beban biaya keekonomian, biaya sosial, dan biaya lingkungan  secara gradual mengalami kenaikan. Misal , dulu tidak ada pajak karbon, sekarang akan diberlakukan pajak karbon.

Contoh lain misalnya ongkos pengelolaan lingkungan butuh pengadaan teknologi ramah lingkungan yang investasinya tidak murah. Karena itu, negara yang tidak memiliki cadangan devisa dlm jumlah besar (termasuk cadangan fiskal), hidupnya bisa tidak tenang, karena khawatir tidak sanggup bayar global liability maupun bayar liability di negaranya masing – masing.

Karena ingin survival, maka setiap negara dituntut harus memiliki cadangan devisa dan cadangan fiskal dalam jumlah lebih dari cukup, kalau tidak mau masuk jebakan utang. Tidak hanya itu, bahwa setiap negara juga harus mempunyai cadangan pangan dan energi.

 

KELIMA, persoalannya menjadi seru dan menimbulkan kecemburuan karena cadangan devisa sebagian besar disimpan dalam mata uang US$. Ini tidak adil, dan AS terkesan mau enak sendiri untuk memonopoli kedudukan US$ nya sebagai mata uang kuat di dunia hingga akhir zaman.

Bentuk monopoli yang dipertahankan adalah US$ tetap harus dipakai dalam transaksi global dan disimpan sebagai cadangan devisa . Wajar jika kini muncul ancaman perang currency untuk melawan dominasi US$ dalam transaksi internasional.

Misal, sejumlah negara mulai menerapkan perjanjian Local Currency Settlelment (LCS) secara bilateral. Jauh – jauh Stiglitz melihat bahwa fenomena itu tidak sehat, sehingga beliau menulis dalam bukunya berjudul Making Globalization Work yang salah satu topiknya membahas tentang pentingnya Reformasi Sistem Cadangan Devisa Global.

KEENAM, beban utang global, beban akibat pemanasan global  dan reformasi sistem cadangan devisa global menjadi mendesak untuk dapat diatasi bersama oleh negara maju maupun negara berkembang.

Kishore Mahbubani  menyampaikan bahwa waktunya untuk merestrikturisasi tata dunia baru telah datang. Kita harus melakukannya sekarang. Rasanya dunia memang butuh suasana baru atau semacam aturan main baru agar tiga isu global yang cenderung bersifat laten tersebut dapat diatasi bersama antara negara maju dan negara berkembang.

Menarik apa yang disampaikan PM India Mamon han Shingh, tahun 2006,yaitu 1) Perlu aturan main baru yang dapat memfasilitasi kebangkitan secara damai negara – negara baru di Asia. 2).Reformasi dan restrukturisasi lembaga – lembaga global perlu dilakukan bersama seperti PBB, dan Dewan Keamanan, serta manajemen sistem perdagangan multateral, proteksi lingkungan hidup, dan keamanan suplai pangan dan energi, dunia. 3).Restrukturisasi akan terbukti sulit, tetapi sekaligus juga mudah. Akan sulit karena tidak ada pemimpin natural untuk melakukan hal ini, sejak Barat menjadi bagian dari masalah. Not easy but very hard.

Inilah dilema dan trade off paling abadi dalam hubungan internasional antar negara di dunia,sehingga menciptakan zona damai dan zona makmur di dunia menjadi barang mahal. Trade off dalam 3 isu global terjadi antara asset and liability yang posturrnya tidak lagi berimbang.

Tags: beban utangFauzi AzizIMFisu globalpermanentrade off
Previous Post

Ekspor CPO, RBD Palm Olein, RBD Palm Oil dan UCO Dialokasikan 1 Juta Ton/Bulan

Next Post

Indonesia dan Belanda Bahas Digitalisasi UMKM

Admin

Admin

Related Posts

Pembayaran Royalti Musik, Pelaku Usaha Untung, Konsumen Buntung
Opini

Pembayaran Royalti Musik, Pelaku Usaha Untung, Konsumen Buntung

by Admin
Agustus 14, 2025
0

Isu pembayaran royalti musik khususnya terhadap pelaku usaha kafe, restoran dan pub terus bergulir. Sikap masyarakat pun terbelah terhadap pungutan...

Read more
Presiden Prabowo, Presiden Putin Saksikan Pertukaran MoU Kemitraan Strategis Indonesia-Rusia

Presiden Putin Apresiasi Peningkatan Kerjasama Indonesia-Rusia

Juni 20, 2025
Presiden Prabowo, Presiden Putin Saksikan Pertukaran MoU Kemitraan Strategis Indonesia-Rusia

Presiden Prabowo, Presiden Putin Saksikan Pertukaran MoU Kemitraan Strategis Indonesia-Rusia

Juni 20, 2025
Suasana pemberian makanan jemaah haji dengan petugas kesehatan, dokter dan kepala regu rombongan Kloter 53 Jakarta

Sungguh Beruntung Mereka yang Ada di Arafah Saat Itu

Juni 19, 2024
Thailand Keluhkan Ketatnya Persyaratan Halal di Indonesia

Thailand Keluhkan Ketatnya Persyaratan Halal di Indonesia

Mei 28, 2024
Next Post
Indonesia dan Belanda  Bahas Digitalisasi UMKM

Indonesia dan Belanda Bahas Digitalisasi UMKM

BERITA TERBARU

Ukraina Upayakan Pembukaan Kembali Fasilitas Transit Biji-bijian melalui Polandia pasca Larangan Impor

Impor Gandum Indonesia Turun 18% di Januari-Agustus 2025 Menjadi 7,13 Juta Ton

November 6, 2025
Rusia Ingin Tingkatkan Ekspor Gandum dan Biji-bijian ke Indonesia

Perjanjian FTA Indonesia-EAEU Kemungkinan Ditandatangani Sebelum Akhir Tahun Ini

November 1, 2025
Pejabat MPOB: Stok Minyak Kelapa Sawit Malaysia Bisa Anjlok di Bawah 2 Juta Ton Akhir April

GAPKI: Konsumsi Sawit Domestik Naik, Ekspor Turun di Agustus 2025

Oktober 30, 2025
Rusia Ingin Tingkatkan Ekspor Gandum dan Biji-bijian ke Indonesia

Rusia Ingin Tingkatkan Ekspor Gandum dan Biji-bijian ke Indonesia

Oktober 30, 2025
Industri Agro Jadi Penggerak Utama Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Industri Agro Jadi Penggerak Utama Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Oktober 30, 2025
Kementan Pastikan Pasokan Bibit Ayam Aman

Kementan Pastikan Pasokan Bibit Ayam Aman

Oktober 27, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa

Gemabisnis.com adalah sebuah paltform informasi, investasi dan data yang berfokus pada bidang ekonomi dan bisnis, khususnya pasar komoditi di Indonesia dan global.

Follow Us

Kategori Populer

  • Bursa Komoditi
  • Ekbis
  • Energi & Pertambangan
  • Hortikultura
  • Hot News
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Manufaktur
  • Opini
  • Pangan
  • Perikanan
  • Perkebunan
  • Pertanian
  • Peternakan
  • Profil
  • Umum
  • Uncategorized
  • Wisata

Berita Terbaru

Ukraina Upayakan Pembukaan Kembali Fasilitas Transit Biji-bijian melalui Polandia pasca Larangan Impor

Impor Gandum Indonesia Turun 18% di Januari-Agustus 2025 Menjadi 7,13 Juta Ton

November 6, 2025
Rusia Ingin Tingkatkan Ekspor Gandum dan Biji-bijian ke Indonesia

Perjanjian FTA Indonesia-EAEU Kemungkinan Ditandatangani Sebelum Akhir Tahun Ini

November 1, 2025
  • Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Perikanan
  • Pangan
  • Hortikultura
  • Manufaktur
  • Opini
  • Umum
  • Ekbis
  • Profil

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com