Gemabisnis.com, JAKARTA – Volume ekspor karet alam Sumatera Utara (Sumut) di bulan Agustus 2025 tercatat sebesar 19.765 ton, menurun tipis 0,11% month-on-month (MoM) dibandingkan bulan Juli 2025 yang mencapai 19.786 ton. Sementara jika dibandingkan dengan Agustus 2024 yang mencapai 22.522 ton, terjadi penurunan 12,2% (year-on-year/YoY) yang mengindikasikan kondisi pasar yang masih menantang bagi para eksportir.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Sumatera Utara Edy Irwansyah mengatakan meskipun volume ekspor masih stagnan dan jauh di bawah kapasitas normal bulanan yang bisa mencapai 42.000 ton, kawasan Sumut tetap mempertahankan peran strategisnya sebagai salah satu pemasok karet alam global.
Menurut Edy, stagnasi ekspor karet alam Sumut ini dipengaruhi beberapa faktor utama diantaranya delay shipment, berkurangnya permintaan dari buyer, serta pasokan karet alam yang rendah akibat musim hujan. Banyak petani di kebun karet yang mengurangi aktivitas penyadapan karena kondisi produksi menurun, ditambah dengan motivasi yang menurun akibat harga karet yang belum stabil. Penundaan pengapalan juga masih terjadi karena keterbatasan kontainer dari liner.
Edy mengatakan harga karet pada Agustus 2025 menunjukkan perbaikan, dengan rata-rata harga sebesar US$169,84 sen/kg, dan harga penutupan pada 29 September mencapai US$172,9 sen/kg, memberikan sedikit optimisme bagi produsen dan eksportir.
Dari sisi negara tujuan, lanjut Edy, ekspor karet Sumatera Utara tersebar ke 26 negara, dengan 11 negara di Eropa menyumbang sekitar 9,19% dari total produksi global. Rincian kontribusi negara Eropa adalah sebagai berikut: Belanda 0.10%, Finlandia 0.20%, Bulgaria 0.20%, Perancis 0.21%, Belgia 0.51%, Slovenia 0.51%, Rumania 0.71%, Polandia 1.02%, Jerman 1.84%, Spanyol 1.84%, dan Italia 2.05%.
Sementara itu, lima negara non-Eropa menjadi tujuan utama ekspor Sumatera Utara, yaitu Jepang 35.33%, India 11.39%, Brasil 10.91%, Amerika Serikat 9.26%, dan China 8.29% dari total volume ekspor. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar Eropa bukan tujuan utama, kawasan ini tetap menjadi mitra dagang penting dengan distribusi yang relatif merata di sejumlah negara.
Edy menambahkan, dalam konteks regulasi, pengusaha karet Sumatera Utara tetap memantau perkembangan European Union Deforestation Regulation (EUDR). Baru-baru ini terdapat usulan parlemen Eropa untuk menunda implementasi EUDR, yang diharapkan memberikan kelonggaran bagi eksportir dalam memenuhi persyaratan dokumen, sehingga kelancaran ekspor tetap terjaga. (YS)