Gemabisnis.com, JAKARTA – Produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) selama bulan Juli 2024 mencapai 3,62 juta ton, turun 2,0% dibandingkan produksi bulan Juni sebesar 3,69 juta ton, demikian juga dengan produksi Minyak Inti Sawit atau Palm Kernel Oil/PKO selama bulan Juli 2024 turun menjadi 344.000 ton dari 354.000 ton pada bulan Juni.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono melalui siaran persnya hari ini (Rabu, 25/9) menyatakan selama tujuh bulan pertama 2024 (Januari-Juli), produksi minyak sawit 5,99% lebih rendah dari periode yang sama tahun 2023, yaitu dari 32,07 juta ton menjadi 30,15 juta ton.
Menurut Mukti, total konsumsi dalam negeri naik 90.000 ton dari 1,94 juta ton pada bulan Juni 2024 menjadi 2,03 juta ton pada bulan Juli 2024. Konsumsi untuk keperluan pangan turun 40.000 ton dan untuk oleokimia turun 7.000 ton sedangkan untuk biodiesel naik dari 898.000 ton menjadi 1,04 juta ton.
Secara YoY sampai dengan bulan Juli (Januari-Juli 2024), konsumsi dalam negeri mencapai 13,51 juta ton atau 2,17% lebih tinggi dari tahun 2023 yang mencapai 13.22 juta ton. Konsumsi untuk pangan mencapai 5,77 juta ton atau 5,18% lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, oleokimia 1,30 juta ton atau lebih rendah 2,11% dari periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan biodiesel 6,44 juta ton atau 10,84% lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, total ekspor mengalami penurunan menjadi 2,24 juta ton pada bulan Juli 2024 dari 3,38 juta ton pada bulan Juni 2024 atau turun sebesar 1,14 juta ton setelah naik pada bulan sebelumnya dengan 1,42 juta ton. Penurunan terbesar terjadi pada produk olahan CPO yang turun sebesar 648.000 ton dari 2,24 juta ton pada bulan Juni 2024 menjadi 1,59 juta ton pada bulan Juli 2024, diikuti CPO yang turun dengan 477.000 ton menjadi 174.000 ton. Penurunan volume ekspor menyebabkan penurunan nilai ekspor menjadi US$1,976 miliar pada bulan Juli 2024 dari US$2,798 miliar pada bulan Juni 2024, meskipun harga rata-rata naik dari US$1.011/ton di bulan Juni 2024 menjadi US$1.024/ton cif Roterdam di bulan Juli 2024.
Berdasarkan negara tujuannya, penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India yang turun 490.000 ton menjadi 293.000 ton setelah naik 599.000 ton pada bulan sebelumnya. Penurunan ekspor juga diikuti oleh China yang turun 255.000 ton menjadi 488.000 ton setelah naik 322.000 ton pada bulan sebelumnya, Mesir turun 71.000 ton menjadi 50.000 ton setelah naik 81.000 ton pada bulan sebelumnya, Pakistan turun 64.000 ton menjadi 224.000 ton setelah naik 156.000 ton pada bulan sebelumnya dan Afrika yang turun 162.000 ton setelah naik 184.000 ton pada bulan sebelumnya. Untuk tujuan Uni Eropa (UE) terjadi penurunan sebesar 77.000 ton menjadi 198.000 ton pada bulan Juli setelah turun juga pada bulan sebelumnya sebesar 41.000 ton.
“Dengan produksi yang turun 2%, konsumsi dalam negeri yang naik 4,67% dan ekspor yang turun 33,79%, maka stok akhir Juli kembali turun menjadi 2,51 juta ton dari 2,82 juta ton pada akhir Juni,” pungkas Mukti. (YS)