Gemabisnis.com, PONOROGO—Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu sesama. Seperti yang dilakukan Lusia Widiarini. Wanita setengah baya ini sukses mengangkat kehidupan ekonomi penduduk di sekitar tempat tinggalnya melalui UD Rizqi Agung.
Siapa yang tahu Desa Selur, Kecamatan Ngrayun? Kawasan terpencil di Kabupaten Ponorogo ini, dulunya adalah kawasan yang sulit untuk dikunjungi karena letak geografisnya yang berpegunungan dan jauh dari pusat pemerintahan.
Meski begitu, wilayah terpencil yang hanya bisa dicapai dengan melewati jalan terjal dan berliku bukanlah hambatan bagi Lusia Widiarini untuk membangkitkan industri kecil dan menengah (IKM) yang ada di sekitar desa itu.
Dia mendirikan UD. Rizqi Agung berdiri tahun 2012 setelah menyaksikan tanaman rumput janggelan—bahan baku pembuatan cincau hitam—yang banyak ditanam penduduk setempat, menumpuk di halaman rumah-rumah penduduk.
Setelah ditelusuri, ternyata hal itu disebabkan harga komoditas yang menjadi salah satu andalan pendapatan petani di wilayah itu sedang jatuh. Petani hanya bisa menjualnya dengan harga Rp 2.500/kg. Harga ini jauh dari kondisi sebelumnya yang mencapai di atas Rp 5.000/kg.
Hati Lusia pun tergerak. Wanita dengan gelar sarjana pendidikan ini lalu mendirikan usaha pembuatan cincau hitam dengan bendera UD. Rizqi Agung. Rumput janggelan yang msih menumpuk di rumah-rumah penduduk pun dibelinya untuk bahan baku produksi cincau hitamnya.
Seiring perkembangan positif dari kegiatan usaha UD. Rizqi Agung, dimana produknya sudah tersebar di banyak minimarket di Jawa dan Kalimantan, petani janggelan pun ikut merasakannya. Harga jual rumput janggelan kering secara pasti mengalami kenaikan. Hingga kini, harga jualnya mencapai Rp20.000/kg.
Maju Bersama
Lusia tidak ingin sendirian menikmati kemajuan usahanya. Penduduk yang ada di Kecamatan Ngrayun dan sekitarnya pun diajaknya untuk bisa berproduktivitas.
Sejumlah penduduk diberikan pembinaan dan pelatihan mengenai bagaimana cara menghasilkan suatu produk, khususnya makanan dan minuman.
Untuk memacu produktivitas penduduk yang punya minat tinggi untuk berusaha, UD. Rizqi Agung memberikan bantuan peralatan secara cuma-cuma. Mereka juga difasilitasi untuk mendapatkan modal ke lembaga perbankan maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Penduduk tidak perlu khawatir kalau produknya tidak terjual. UD. Rizqi Agung juga memberikan bantuan pemasaran dan distribusi terhadap produk-produk yang dihasilkan mitra binaannya.
Tentunya produk mitra binaan yang dipasarkan dan didistribusikan itu sudah harus memenuhi standar yang diterapkan.
Agar bisa memenuhi standar itu, UD. Rizqi Agung tak segan-segan memberikan informasi dan pembinaan mengenai cara produksi suatu produk makanan dan minuman yang memenuhi standar.
Bantuan promosi juga dilakukan Lusia dengan mengikutsertakan produk-produk mitra binaannya dalam kegiatan pameran atau bazar yang diikuti UD. Rizqi Agung baik dalam skala lokal di tingkat kabupaten maupun propinsi dan nasional.
Dalam memajukan mitra binaan, Lusia tidak memandang mereka sebagai kompetitor tetapi sebaga mitra yang saling menguntungkan.
Hasilnya, di Kecamatan Ngrayun bermunculan industri kecil dan menengah (IKM) dengan beragam produk, seperti rempeyek, madu, kopi jahe, kripik tempe, dodol janggelan, aneka kue basah dan sebagainya.
Misalnya saja Kurniasih, pemilik UD Asih Jaya. Menurutnya, usaha produksi gula arennya yang didirikan tahun 2014 atas bantuan dan binaan Lusia, kini maju pesat.
Setiap bulan, setidaknya UD. Rizqi Agung membeli 200 kantung gula aren darinya sebagai bahan baku pembuatan cincau hitamnya. Selain itu, Lusia juga ikut membantu pemasaran produknya ke luar daerah.
Hal senada juga diungkapkan Nanang. Produksi madu hutan dan telur bebek asin asapnya yang semula terseok-seok, kini melaju setelah bermitra dengan UD. Rizqi Agung milik Lusia.
“Sebelum adanya UD Rizqi Agung, usaha madu hutan dan telur asin asap belum berkembang. Namun setelah adanya kemitraan, di mana kami dibantu soal proses produksi yang baik serta legalitas usaha dan diikutkan dalam pamaeran-pameran, kini produksi madu dan telur asin kami berjalan lancar,” katanya.
Atasi Hambatan
Memang banyak hambatan yang dihadapi UD Rizqi Agung dalam membangun dan membangkitkan IKM di wilayah Ngrayun dan sekitarnya.
Selain letak geografisnya yang agak berat, minimnya informasi yang bisa diakses serta budaya masyarakat yang masih memandang bahwa perempuan hanyalah sebagai “Konco Wingking”, bisa apa? juga jadi tantangan bagi Lusia.
Namun, tantangan itu mampu dihadapi Lusia dengan baik dan dibuktikan dengan bermunculannya IKM-IKM di Ngrayun dan sekitarnya.
Produk yang dihasilkan UD. Rizqi Agung sudah dikenal banyak masyarakat. Bahkan, sebuah produsen cincau hitam berskala nasional sudah mengajak UD. Rizqi Agung untuk memasok gel yang jadi bahan baku cincau hitam dalam jumlah besar.
Hal ini tentunya akan berimbas lagi terhadap industri-industri kecil dan menengah yang ada di wilayah sekitar lokasi UD. Rizqi Agung berada. Desa Selur pun kini tak lagi terpencil di mata masyarakat. UD. Rizqi Agung pun diganjal penghargaan Upakarti tahun 2020. (Ikh)