• Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Sabtu, Desember 20, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
No Result
View All Result

Deindustrialisasi Dan Sunset Industry

Oleh :Fauzi Aziz, Pemerhati Ekonomi dan Industri.

Admin by Admin
Februari 21, 2022
0
Deindustrialisasi Dan Sunset Industry

Foto: Dok. Pribadi

0
SHARES
582
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

PERTAMA, judul ini sebenarnya bukan hal baru ketika kita menghadapi fenomena dan dinamika ekonomi dan bisnis. Kata industri bukan berarti hanya bicara soal sektor manufaktur saja, tapi  bisa juga  meliputi sektor industri jasa. Tujuannya adalah bahwa sesungguhnya industri, baik itu sektor manufaktur maupun sektor jasa bisa mengalami  deindustrialisasi yang endgamenya bisa menjadi sunset industry.

KEDUA, gejala deindustrialisasi menurut hemat penulis adalah sebuah  proses sistemik dan struktural menuju menjadi sunset, jika tidak diselamatkan. Bicara tentang fenomena de-industrialisasi yang endgamenya dapat menjadi sunset , maka dalam narasi mekanisme kebijakan, apakah itu kebijakan pemerintah atau kebijakan korporasi, dapat kita pandang sebagai sinyal perlu ada kerja besar bersama untuk menyelamatkan de-industrialisasi agar jangan sampai menjelma menjadi sunset industry.

Kerja besar itu kita perlukan karena hanya ada  dua pilihan yang tersedia, yakni melakukan transformasi atau endgame. Kita bisa beda pendapat tentang dua fenomena itu.Tapi kita harus membangun kesadaran bersama bahwa deindustrialisasi bisa di bilang ibarat penyakit yang sudah bersifat struktural akibat tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berubah cepat.

BacaJuga

Pembayaran Royalti Musik, Pelaku Usaha Untung, Konsumen Buntung

Sungguh Beruntung Mereka yang Ada di Arafah Saat Itu

Kita sebut saja lingkungan ekonomi dan bisnis serta teknologi. Yang penting kita harus obyektif bahwa jika mulai ada tanda-tanda produktivitas industri turun, pasti ada gangguan dalam batang tubuh industri bersangkutan. Berarti harus segera diobati. Biaya perawatan jauh lebih murah ketimbang harus di-overhaul.

KETIGA, dengan menggunakan pendekatan berpikir bipolar dalam dunia industri, maka baik industri manufaktur maupun industri jasa mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional.

Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah selalu berdimensi dua, yakni menggunakan barang dan jasa. Demikian pula pada investasi juga selalu membutuhkan barang dan jasa, baik dalam investasi pemerintah maupun investasi swasta.

Dalam hal ekspor dan impor, kita selalu mencatat sebagai ekspor dan impor dalam bentuk barang dan jasa. Dengan alasan ini, maka penulis punya pikiran bahwa deindustrialisasi yang bisa mengakibatkan menjadi sunset  industry berpotensi dapat menimpa dua kelompok  industri tersebut.

Seiring dengan itu. maka penulis sekaligus berpendapat bahwa  sektor industri sebaiknya tidak lagi dibedakan dalam industri migas dan non migas. Lebih baik jika kita bedakan saja berdasarkan kelompok industri  manufaktur, dan kelompok industri jasa.

Produksi industri manufaktur itu ada yang menghasilkan barang berupa migas dan barang non migas. Sedangkan industri jasa, lapangan usahanya seperti yang ada dalam data BPS selama ini, misal jasa kelistrikan jasa logistik, keuangan, informasi dan komunikasi, dan sebagainya.

KEEMPAT, jika terjadi deindustrialisasi, maka kejadian ini tentu merisaukan karena dampak sosial ekonominya bisa merugikan perekonomian nasional. Sewaktu sektor manufaktur Amerika Serikat (AS) mengalami kemunduran akibat kalah bersaing dengan Tiongkok, dampaknya cukup serius bagi negeri Paman Sam tersebut. Neraca perdagangan dan neraca pembayarannya mengalami defisit berkelanjutan. Konsumen AS menjadi pengguna terbesar produk-produk China.

Menurut penulis, kisah ini memberikan perspektif bahwa sektor manufaktur AS mengalami deindustrialisasi. Pukulannya telak, dan ketika Donald Trump berkuasa, AS melancarkan perang dagang dan proteksi ekonomi dalam negerinya, yang kita kenal dengan tindakan America First.

Dengan perspektif seperti itu, maka deindustrialisasi ini bisa terjadi karena dua sebab, yaitu 1) karena terdampak krisis ekonomi. 2) karena tidak mampu bersaing dalam kondisi  normal.

Situasi nomor 1 bersifat sementara dan situasi ke- 2 lebih bersifat struktural. Nomor 1 bisa diatasi dengan memberikan stimulus fiskal. Dan situasi pada nomor 2 harus diatasi dengan melakukan restrukturisasi industri dalam dimensi yang lebih luas. Misalnya dengan melakukan restukturisasi perusahaan, misal model spin-off, restukturisasi modal, restrukturisasi teknologi, dan restukturisasi pasar. Tindakannya menjadi lebih fundamental dan struktural . Jika progam seperti ini yang dilakukan, maka dapat dipastikan membutuhkan pendanaan yang tidak kecil.

Jika negara tidak melakukan tindakan structural adjusment, maka lambat laun industrinya akan menjadi sunset. Ukurannya bisa menjadi mati suri, asetnya dilikuidasi, dan endgame nya adalah bangkrut.

KELIMA, sektor industri manufaktur dan industri jasa hidup dalam satu sistem  industri. Keduanya membutuhkan konektifitas yang efisien dan bisa terintegrasi. Artinya sistem produksi dan distribusi , termasuk sistem logistiknya bisa hidup dalam satu kluster.

Ketika kita sering bicara tentang keterkaitan antar sektor, maka hadirnya konsep industri 4.0 bisa menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah in-efisiensi di sistem produksi dan distribusi.

De- industrialisasi bisa terjadi seperti sekarang ini karena ada pandemi COVID- 19 sehingga aktivitas ekonomi, industri dan bisnis lumpuh, tapi sifat nya cyclical yang dapat disembuhkan dengan memberikan stimulus fiskal.

Menjadi sunset industry bila penyakit nya yang musiman tadi tidak disembuhkan. Kalau mengikuti jalan pikirannya Adam Smith, tidak perlu ada campur tangan pemerintah karena bisa sembuh sendiri akibat ada invisible hand yang bekerja secara mekanisme pasar.

Tapi yang seperti kata Adam Smith tersebut kini tidak ada lagi, sehingga ketika terjadi deindustrialisasi perlu ada campur tangan pemerintah untuk melakukan tindakan penyelamatan agar tidak kebablasan menjadi sunset industry.

Bisa terjadi sunrise dari belahan timur, tapi yang nongol adalah barang dan jasa impor seperti saat sektor manufaktur AS mengalami kemunduran sehingga barang china  membanjiri pasar negeri paman sam dalam jumlah besar.

Itulah mengapa bagi penulis yang penting diplototi dari waktu ke waktu  adalah defisit transaksi berjalan yang di Indonesia sudah terjadi  sejak tahun 2012. Besarannya pada rentang antara 1-3% terhadap PDB.

Bentuk ancaman laten terjadinya deindustrialisasi adalah defisit transaksi berjalan yaitu impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor barang dan jasa. Karena itu, cara mengatasinya adalah meningkatkan ekspor barang dan jasa.

Dalam hubungan ini maka Indonesia harus melakukan upaya yang lebih sistemik dan terstruktur adalah melakukan restrukturisasi industri, dan dikuti dengan pembenahan sistem rantai pasok dari hulu hingga hilir sehingga industri manufaktur dan industri jasa bisa membentuk klaster-klaster baru yang berkontribusi terhadap perbaikan efisiensi dan produktifitas industri. Harapannya jika progam structural adjusment di bidang industri akan dilakukan jangan menggunakan dana APBN. Semoga bermanfaat.

Tags: de industrialisasiFauzi AzizKemenperinPDBsunset industry
Previous Post

Indonesia Pamerkan Keajaiban Alam Pulau Komodo di Expo 2020 Dubai

Next Post

Impor CPO India dari Indonesia Anjlok 61.3% di Januari 2022

Admin

Admin

Related Posts

Pembayaran Royalti Musik, Pelaku Usaha Untung, Konsumen Buntung
Opini

Pembayaran Royalti Musik, Pelaku Usaha Untung, Konsumen Buntung

by Admin
Agustus 14, 2025
0

Isu pembayaran royalti musik khususnya terhadap pelaku usaha kafe, restoran dan pub terus bergulir. Sikap masyarakat pun terbelah terhadap pungutan...

Read more
Suasana pemberian makanan jemaah haji dengan petugas kesehatan, dokter dan kepala regu rombongan Kloter 53 Jakarta

Sungguh Beruntung Mereka yang Ada di Arafah Saat Itu

Juni 19, 2024
Policy Hidup Di Rumah Tangga Politik

Industrialisasi For Policy Dialogue

Februari 5, 2024
Policy Hidup Di Rumah Tangga Politik

Globalisasi Investasi, Industri, Perdagangan, dan Distribusi Global Value Added

Januari 22, 2024
Policy Hidup Di Rumah Tangga Politik

Sekilas Tentang Belanja Berkualitas (Quality of Public Spending)

Januari 15, 2024
Next Post
Ritel Modern Awali Penjualan Migor Rp 14.000/Liter

Impor CPO India dari Indonesia Anjlok 61.3% di Januari 2022

BERITA TERBARU

Dubes Rusia: Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-EAEU Ditandatangani Minggu, 21 Desember 2025

Dubes Rusia: Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-EAEU Ditandatangani Minggu, 21 Desember 2025

Desember 19, 2025

Y.O.U Berkomitmen Hadirkan Solusi Kulit Tropis – Efektif Berbasis Sains

Desember 15, 2025
GAPKI: Kinerja Produksi, Konsumsi dan Ekspor Sawit Menurun di September

POPSI Tuntut Reformasi Kebijakan Penertiban Kawasan Hutan yang Transparan, Berkeadilan Sosial

Desember 13, 2025
Presiden Prabowo, Presiden Putin Saksikan Pertukaran MoU Kemitraan Strategis Indonesia-Rusia

Indonesia Nyatakan Siap Tandatangani FTA dengan Uni Ekonomi Eurasia

Desember 11, 2025
Ekspor Naik 25,31% YoY, Impor Melonjak 36,77% YoY pada Januari 2022

Kesepakatan Dagang AS-Indonesia Terancam Batal, Ungkap Pejabat AS

Desember 11, 2025
Jelang Nataru, BULOG Gelontorkan Ribuan Ton Beras SPHP di Papua Raya

Jelang Nataru, BULOG Gelontorkan Ribuan Ton Beras SPHP di Papua Raya

Desember 10, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa

Gemabisnis.com adalah sebuah paltform informasi, investasi dan data yang berfokus pada bidang ekonomi dan bisnis, khususnya pasar komoditi di Indonesia dan global.

Follow Us

Kategori Populer

  • Bursa Komoditi
  • Ekbis
  • Energi & Pertambangan
  • Hortikultura
  • Hot News
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Manufaktur
  • Opini
  • Pangan
  • Perikanan
  • Perkebunan
  • Pertanian
  • Peternakan
  • Profil
  • Umum
  • Uncategorized
  • Wisata

Berita Terbaru

Dubes Rusia: Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-EAEU Ditandatangani Minggu, 21 Desember 2025

Dubes Rusia: Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-EAEU Ditandatangani Minggu, 21 Desember 2025

Desember 19, 2025

Y.O.U Berkomitmen Hadirkan Solusi Kulit Tropis – Efektif Berbasis Sains

Desember 15, 2025
  • Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Perikanan
  • Pangan
  • Hortikultura
  • Manufaktur
  • Opini
  • Umum
  • Ekbis
  • Profil

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com