Gemabisnis.com, JAKARTA
Indonesia diperkirakan masih akan mengalami defisit daging ruminansia (sapi dan kerbau) sebanyak 207.199 ton pada tahun 2022 sehingga masih tetap harus melakukan impor sebanyak 266.065 ton setara daging, demikian disampaikan Sekretaris Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Makmun dalam sebuah webinar belum lama ini.
Impor 266.065 ton setara daging tersebut ditujukan untuk menutupi defisit sebesar 207.199 ton dan untuk mencapai stok sebesar 58.866 ton setara daging di akhir tahun 2022.
Menurut Makmun, pada tahun 2022 kebutuhan daging sapid an kerbau diperkirakan mencapai 706.388 ton, naik sedikit dibandingkan 669.731 ton tahun 2021. Angka kebutuhan tersebut dihitung dari jumlah penduduk tahun 2022 sebanyak 274.850.100 dikalikan dengan konsumsi daging perkapita 2,57 kg/tahun.
Sementara itu, produksi dalam negeri diperkirakan mencapai 436.704 ton dan stok daging pada awal tahun 2022 sebesar 62.485 ton.
Proyeksi impor daging sebesar 266.065 ton tersebut dilakukan dalam bentuk sapi bakalan, daging sapi beku dan daging kerbau beku.
Pada tahun 2021, misalnya, Indonesia mengimpor 284.277 ton setara daging yang terdiri dari 383.665 ekor dari Australia, daging sapi 114.846 ton dari antara lain dari Australia, Amerika Serikat dan Selandia Baru, daging kerbau India 79.996 ton dan daging sapi Brazil 15.890 ton. (YS)